Minggu, 16 November 2014


ISI BHAGAWAD GITA  
  • BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.

  • BAB II Ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Kresna, kemudian Kresna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
  • BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.

SARASWATI



Saraswati adalah nama dewi, Sakti Dewa Brahma (dalam konteks ini, sakti berarti istri). Dewi Saraswati diyakini sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai dewi ilmu pengetahuan. Dalam berbagai lontar di Bali disebutkan "Hyang Hyangning Pangewruh."

Di India umat Hindu mewujudkan Dewi Saraswati sebagai dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri (japa mala) dan bunga teratai. Dewi Saraswati dilukiskan berada di atas angsa dan di sebe-lahnya ada burung merak. Dewi Saraswati oleh umat di India dipuja dalam wujud Murti Puja. Umat Hindu di Indonesia memuja Dewi Saraswati dalam wujud hari raya atau rerahinan.
Hari raya untuk memuja Saraswati dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung. Besoknya, yaitu hari Minggu Paing wuku Sinta adalah hari Banyu Pinaruh yaitu hari yang merupakan kelanjutan dari perayaan Saraswati. Perayaan Saraswati berarti mengambil dua wuku yaitu wuku Watugunung (wuku yang terakhir) dan wuku Sinta (wuku yang pertama). Hal ini mengandung makna untuk mengingatkan kepada manusia untuk menopang hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari Sang Hyang Saraswati. Karena itulah ilmu penge-tahuan pada akhirnya adalah untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati.

RUDRAKSA

Rudraksha, Air Mata ShivaRUDRAKSHA alias ganitri atau disebut air mata Shiva merupakan tanaman spiritual memiliki khasiat luar biasa. Sesuai mitologinya Tuhan tertinggi Paramashiva perlu bertapa 1.000 tahun dewa menciptakan tanaman yang penuh berkah ini. Tanaman Rudraksha memiliki macam-macam mukhi -- muka -- dari mukhi satu, hingga lebih dari 33 garis mukhi. Rudraksha ini sangat dimuliakan penyembah Shiva.


PEMUJA Shiva, bila tidak menggunakan rudraksha maka terasa ada yang masih kurang dalam proses persembahyangannya. Bukan saja sadhaka -- seorang bhakta -- para sulinggih Shiva, saat sebagai sang yajamana mamuput karya menggunakan ganitri dari mulai di kepala, kuping, badan, termasuk pinggang. Tidak saja ganitri ini dipergunakan sebagai japa untuk umat Hindu, rosario untuk Kristen, dan tasbih buat kaum Muslim. Tetapi biji ganitri juga dimanfaatkan berbagai macam obat terutama di India, Nepal dan Cina. Sedangkan di Bali sendiri apresiasi terhadap rudraksa ini sudah cukup memasyarakat. Bahkan sudah banyak ada perajin japa rudraksha, bisa disebutkan di antaranya Made ''De Japa'' Sujana, S.H., Ibu Soma, Agung Sibang, Denok dan lain-lain.

darma wacana



Om Swastyastu
Om Awigghenam Astu Nama Sidham
Om sidhirrastu tatastu swaha

Jero mangku sane wangian titian, ketua adat banjar bali tengah yang saya hormati, bapak ibu yang hadir yang saya hormati dan adek-adek yang hadir pada persembahyangan ini yang saya banggakan
Puji syukur kita haturkan kehadapan ida sang hyang widhi wasa karena atas asung karte wara nugraha-Nya kita dapat melaksanakan persembahyangan malam hari ini dalam keadaan sehat seperti sekarang ini.

doa sehari-hari



GELARAN PEMANGKU
1.      Mantra pebersihan sehari-hari
a.       Setelah bangun pagi
Om jagrasca prabhata kalasca namah swaha.
b.      Kencig / meware
Om banyu sirna nirwighna ida pinggala sumsumna ya namah swaha.
c.       Buang air besar
Om perthiwi gangga parama suka ya namah swaha.
d.      Mencelupkan tangan ke air
Om adyus mami bhatari gangga sang hyang taya anglukat mala patakaning ngluhun ya namah swaha

kitap suci weda

Weda Sumber Ajaran Agama Hindu
 Pengertian Weda 
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.

Minggu, 02 November 2014

anak suputra

ANAK SUPUTRA
Anak keturunan merupakan kelanjutan dari kehidupan atau eksistensi keluarga. Anak dalam Bahasa Kawi disebut “Putra” asal kata dari “Put” (berarti neraka) dan “Ra” (berarti menyelamatkan). Jadi Putra artinya: “yang menyelamatkan dari neraka” (Bhagawan Dwija, 2010).
Seorang anak/putra yang suputra (anak yang baik/mulia) merupakan cahaya keluarga, seperti dinyatakan didalam Canakya Nitisastra “Bagaikan bulan menerangi malam dengan cahayanya yang terang dan sejuk, demikianlah seorang anak yang suputra yang memiliki pengetahuan rohani, insyaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra yang demikian itu member kebahagiaan kepada keluarga dan masyarakat” (Canakya Nitisastra III.16). Sebuah keluarga tanpa anak bagaikan sayur tanpa garam, kehidupan pasangan suami istri menjadi hambar tanpa kehadiran seorang anak.

Senin, 27 Oktober 2014

pawiwahan


PERKAWINAN YANG DIJELASKAN DALAM KITAB SUCI MANAWA DHARMASASTRA PADA BUKU KE III DAN KE IX

1.    Perkawinan dalam buku ke 3
Pada buku ini menjelaskan mengenai cara perkawinan yang dilakukan oleh golongan Brahmana, Kesatria, Waisya dan Sudra yaitu terdapat pada :
a.    seloka 20
Caturnamapi warnanam
pretya ceha hitahitan
astawimansamasena
striwiwahanni bodhata
Artinya :
Ada delapan macam cara perkawinan yang dilakukan oleh keempat warna yang sebagian adalah menimbulkan kebajikan dan sebagian menimbulkan ketidak baikan dalam hidup ini maupun sesudah mati.

upacara potong gigi



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Yadnya menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Tuhan menciptakan manusia beserta makhluk hidup lainnya berdasarkan atas yadnya, maka hendaklah manusia memelihara dan mengembangkan dirinya, juga atas dasar yadnya sebagai jalan untuk memperbaiki dan mengabdikan diri kepada Sang Pencipta yakni Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
   Saha yajñáh prajah strishtva
   puro
 váchap rajápatih
   anena
 prasavishya dhvam
   esha
 vastvishta kámadhuk
(Bhagawad Gita.III.10)
Artinya:
Dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu".
    Deván bhávayatá nena
    te devá bhávayantuvah
    parasparambhávayantah
    sreyah param avápsyatha.
 (Bhagawad Gita. III.11)


Artinya:
Dengan ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

darmawacana anak suputra



Om Swastyastu
Om Awigghenam Astu Nama Sidam
Om Sidhi Rastu Tat Astu Swaha
Om Anubhadrah Kratawo Yantu Wiswatah

Jero mangku sane wangian titiyang, bapak adat beserta jajaranya yang saya hormati, bapak ibu umat sedarma yang hadir pada piodalan di pura dale mini yang saya hormati, dan rekan-rekan, adek-adek pasraman saraswati yang saya banggakan.
Puji syukur kita haturkan kehadapan ida sang hyang widhi wasa, karena atas astung karte wara nugraha beliau kita dapat melaksanakan persembahyangan piodalan ini dalam keadaan sehat seperti sekarang ini.