Minggu, 16 November 2014

darma wacana



Om Swastyastu
Om Awigghenam Astu Nama Sidham
Om sidhirrastu tatastu swaha

Jero mangku sane wangian titian, ketua adat banjar bali tengah yang saya hormati, bapak ibu yang hadir yang saya hormati dan adek-adek yang hadir pada persembahyangan ini yang saya banggakan
Puji syukur kita haturkan kehadapan ida sang hyang widhi wasa karena atas asung karte wara nugraha-Nya kita dapat melaksanakan persembahyangan malam hari ini dalam keadaan sehat seperti sekarang ini.
Bapak ibu uamat sedharma,
Sebelum saya banyak berbicara karena ada pepetah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka ijinkanlah saya memperkenalkan diri saya agar saya nantinya disayang oleh umat sedharma sekalian. Nama saya WAYAN ALIT SAPUTRA, saya asli lahir di unit 2 masih satu kecamatan dengan umat sedarma yang ada disini, saya masih menempuh pendidikan di STAH Lampung, masih semester 7.
Umat sedharma,
Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyampaikan sedikit yang telah saya dapatkan dari kampus kepada umat sedarma tentang etika kita melakukan persembahyangan di pura.
Umat sedharma,
Telah kita ketahui di dalam tri krangka dasar agama hindu itu ada, tattwa, etika, upacara. Ketiganya tidak akan dapat dipisahkan, karena saling berkaitan. Maka dari itu umat sedarma ketika kita melakukan persembahyangan di purapun mempunyai etika-etika yang harus kita lakukan. Di dalam ajaran agama hindu untuk sikap duduk yang perempuan itu bajrasana, sedangkan laki-laki itu ada 3 yaitu padmasana, silasana, sukhasana. Jadi umat sedarma harus menyesuikan dengan diri kita, jika kita perempuan duduklah bajrasana atau bersimpuh, jangan perempuanya duduk bersila. Geh ibu-ibuk.
Umat sedarma ketika kita akan melakukan persembahyangan di pura, dari rumah ketika akan berangkat kepura umat sedarma sudah mulai memfokuskan diri akan bersujud bhakti kepada hyang widhi. Ketika sampai dipura, dan umat sedarma memasuki tempat suci usahakan sendalnya tidak di pakai di utama mandala, karena ini merupakan tempat yang kita sucikan. Jadi harus kita jaga kesucianya, jangankan di tempat suci umat sedarma ketika masuk kerumah saja tidak boleh memakai sandal geh?,, apalagi ke pura dimana pura ini adalah tempat yang sangat kita sucikan.  Ketika sudah di utama mandala lakukanlah kidung-kidung suci sambil menunggu persembahyangan di mulai, dan perlu piperhatikan jangan berpikir, berkata, serta berbuat yang tidak baik di tempat suci. Setelah nantinya sudah selesai sembahyang trisandya, karamaning sembah bisa di tambah dengan berdo’a puja guru, puja saraswati, dan lakukan japa menurut istadewata masing-masih. Boleh melakukan japa “om nama siva ya” untuk memuja siva.
Umat sedarma,
Ketika kita bersembahyang pun memakai sarana, yaitu berupa dupa, bunga, bija, dan tirtha. Ini semua mempunyai makna tersendiri. Seperti halnya dupa, ini merupakan sebagai saksi persembahyangan yang kita lakukan, bunga merupakan lambang ketulus iklasan kita berbhakti kehadapan ida sang hyang widhi wasa, bija merupakan lambang benih-benih kesucian yang di anugrahi oleh hyang widhi kepada kita, dan tirtha merupakan lambang amerta ataupun anugrah kesucian yang di berikan oleh ida sang hyang widhi melalui air suci.



Umat sedarma,
Di dalam kitap suci bhagawad gita IX.34 dikatakan:
Man-mana bhawa mad-bhakto,
Mad-yajimam namaskuru,
Mam evaisyai yuktvaivam,
Atmanam mat-parayanah.

Artinya:
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbhakti kepada Aku, bersujud pada Aku, sembahlah Aku, dan setelah kau mengendalikan dirimu dengan aku jadi tujuanmu tertinggi, maka engkau akan tiba pada qu.
Umat sedarma, di dalam sloka bhagawad gita tersebut sudah sangat jelas dikatakan, ketika kita berbhakti dengan rasa tulus dan pikiran kita terpusat kepada hyang widhi, maka kita akan bisa sampai kepada-Nya. Maka dari itu umat sedarma mari kita jaga kesucian pura ini bersama-sama dan selalulah ingat berbhakti kepada ida sang hyang widhi, karena berbhakti kepada hyang widhilah tujuan kita hidup di dunia ini agar tercapainya moksa yaitu memyatunya atman dengan ida sang hyang widhi.
Umat sedarma,
Hanya itu yang dapat saya sampaikan, semoga sedikit yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. apa bila di dalam penyampaian saya ada kata-kata yang salah kepada ida sang hyang widhi wasa saya mohon ampun dan kepada umat sedarma saya mohon maaf. Saya akhiri dengan mengucapkan pramasanti.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar