Om Awigghenam
Astu Nama Sidham
Om sidhirrastu
tatastu swaha
Jero mangku sane wangian titian, ketua
adat banjar bali tengah yang saya hormati, bapak ibu yang hadir yang saya
hormati dan adek-adek yang hadir pada persembahyangan ini yang saya banggakan
Puji
syukur kita haturkan kehadapan ida sang hyang widhi wasa karena atas asung
karte wara nugraha-Nya kita dapat melaksanakan persembahyangan malam hari ini
dalam keadaan sehat seperti sekarang ini.
Bapak
ibu uamat sedharma,
Sebelum
saya banyak berbicara karena ada pepetah yang mengatakan tak kenal maka tak
sayang, maka ijinkanlah saya memperkenalkan diri saya agar saya nantinya
disayang oleh umat sedharma sekalian. Nama saya WAYAN ALIT SAPUTRA, saya asli
lahir di unit 2 masih satu kecamatan dengan umat sedarma yang ada disini, saya
masih menempuh pendidikan di STAH Lampung, masih semester 7.
Umat
sedharma,
Pada
kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyampaikan sedikit yang telah saya
dapatkan dari kampus kepada umat sedarma tentang etika kita melakukan
persembahyangan di pura.
Umat
sedharma,
Telah
kita ketahui di dalam tri krangka dasar agama hindu itu ada, tattwa, etika,
upacara. Ketiganya tidak akan dapat dipisahkan, karena saling berkaitan. Maka
dari itu umat sedarma ketika kita melakukan persembahyangan di purapun
mempunyai etika-etika yang harus kita lakukan. Di dalam ajaran agama hindu
untuk sikap duduk yang perempuan itu bajrasana, sedangkan laki-laki itu ada 3
yaitu padmasana, silasana, sukhasana. Jadi umat sedarma harus menyesuikan dengan
diri kita, jika kita perempuan duduklah bajrasana atau bersimpuh, jangan
perempuanya duduk bersila. Geh ibu-ibuk.
Umat
sedarma ketika kita akan melakukan persembahyangan di pura, dari rumah ketika
akan berangkat kepura umat sedarma sudah mulai memfokuskan diri akan bersujud
bhakti kepada hyang widhi. Ketika sampai dipura, dan umat sedarma memasuki
tempat suci usahakan sendalnya tidak di pakai di utama mandala, karena ini
merupakan tempat yang kita sucikan. Jadi harus kita jaga kesucianya, jangankan
di tempat suci umat sedarma ketika masuk kerumah saja tidak boleh memakai
sandal geh?,, apalagi ke pura dimana pura ini adalah tempat yang sangat kita
sucikan. Ketika sudah di utama mandala
lakukanlah kidung-kidung suci sambil menunggu persembahyangan di mulai, dan
perlu piperhatikan jangan berpikir, berkata, serta berbuat yang tidak baik di
tempat suci. Setelah nantinya sudah selesai sembahyang trisandya, karamaning
sembah bisa di tambah dengan berdo’a puja guru, puja saraswati, dan lakukan
japa menurut istadewata masing-masih. Boleh melakukan japa “om nama siva ya”
untuk memuja siva.
Umat
sedarma,
Ketika
kita bersembahyang pun memakai sarana, yaitu berupa dupa, bunga, bija, dan
tirtha. Ini semua mempunyai makna tersendiri. Seperti halnya dupa, ini merupakan
sebagai saksi persembahyangan yang kita lakukan, bunga merupakan lambang
ketulus iklasan kita berbhakti kehadapan ida sang hyang widhi wasa, bija
merupakan lambang benih-benih kesucian yang di anugrahi oleh hyang widhi kepada
kita, dan tirtha merupakan lambang amerta ataupun anugrah kesucian yang di
berikan oleh ida sang hyang widhi melalui air suci.
Umat
sedarma,
Di
dalam kitap suci bhagawad gita IX.34 dikatakan:
Man-mana bhawa mad-bhakto,
Mad-yajimam namaskuru,
Mam evaisyai yuktvaivam,
Atmanam mat-parayanah.
Artinya:
Pusatkan
pikiranmu pada-Ku, berbhakti kepada Aku, bersujud pada Aku, sembahlah Aku, dan
setelah kau mengendalikan dirimu dengan aku jadi tujuanmu tertinggi, maka
engkau akan tiba pada qu.
Umat
sedarma, di dalam sloka bhagawad gita tersebut sudah sangat jelas dikatakan,
ketika kita berbhakti dengan rasa tulus dan pikiran kita terpusat kepada hyang
widhi, maka kita akan bisa sampai kepada-Nya. Maka dari itu umat sedarma mari
kita jaga kesucian pura ini bersama-sama dan selalulah ingat berbhakti kepada
ida sang hyang widhi, karena berbhakti kepada hyang widhilah tujuan kita hidup
di dunia ini agar tercapainya moksa yaitu memyatunya atman dengan ida sang
hyang widhi.
Umat
sedarma,
Hanya
itu yang dapat saya sampaikan, semoga sedikit yang saya sampaikan dapat
bermanfaat bagi kita semua. apa bila di dalam penyampaian saya ada kata-kata
yang salah kepada ida sang hyang widhi wasa saya mohon ampun dan kepada umat
sedarma saya mohon maaf. Saya akhiri dengan mengucapkan pramasanti.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar